Kamis, 07 Juni 2012

Petani Tidak Siap untuk Replanting ( permajaan )

PEKANBARU - Seluas 53 persen dari total areal perkebunan kelapa sawit di Riau masih menunggu nasib untuk di-replanting. Saatnya sikap mental petani diubah agar tidak gamang menghadapi kondisi tertentu.

Dari dua juta hektare lebih areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau, sebagian besar di antaranya sudah waktunya diremajakan (replanting), karena berusia antara 25 sampai 30 tahun. Yang kemudian menjadi masalah, banyak di antara petani sawit yang tidak siap kebunnya dire-planting. Pola hidup konsumtif, antara lain, dituding sebagai biang penyebabnya.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, M. Yafiz, menjelaskan bahwa di antara dua juta hektare lebih areal perkebunan kelapa sawit itu, sekitar 53 persen di antaranya merupakan areal perkebunan plasma alias milik masyarakat, sementara sisanya sebesar 47 persen merupakan areal perkebunan milik sejumlah perusahaan. “Yang terkendala untuk direplanting adalah areal perkebunan milik masyarakat, terutama menyangkut persoalan kesiapan dana,” kata Yafiz.

Tapi, sekitar 47 persen areal perkebunan kelapa sawit yang bernaung di bawah sejumlah perusahaan swasta nasional yang beroperasi di daerah ini, menurut Yafiz, sudah banyak yang mulai melakukan replanting. “Pola kerja mereka sudah tersistem,” kata Yafiz kepada Plasma di kantornya, Senin (21/2). “Mana tanaman sawit yang sudah waktunya dilakukan peremajaan karena faktor usia, mereka sudah melakukannya,” sambung Yafiz.

Pernyataan Yafiz senada dengan Setiyono, Ketua Aspekpir (Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR) Riau. Menurut Setiyono, dari 134.000 hektare areal perkebunan kelapa sawit milik petani yang tergabung dalam Aspekpir Riau, seluas sekitar 10.000 hektare di antaranya sudah saatnya dilakukan peremajaan. Aspekpir Riau sedang mempelajari dan menimbang-nimbang sejumlah opsi untuk melakukan peremajaan itu.

Diakui Yafiz, yang menjadi kendala utama untuk melakukan peremajaan adalah dana, karena masa tiga tahun sebelum tanaman sawit yang diremajakan berproduksi merupakan masa mengandung, di mana tanaman sawit belum memberikan hasil apa-apa. “Banyak petani yang tidak siap untuk itu,” ungkapnya. Apalagi sebagian besar petani sawit sudah terjebak pola hidup konsumtif sehingga gamang menghadapi kondisi sulit seperti saat tanaman sawit tidak memberikan hasil apa-apa.

Menurut Yafiz, untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah. Antara lain, belum lama ini Disbun Provinsi Riau menggandeng PT Musim Mas dengan meli¬batkan tenaga ahli dari Bogor dan Kementerian Pertanian mencoba program replanting dengan pola bantuan subsidi silang. Pola ini telah berhasil dilakukan di Suma¬tera Utara dan Jambi dengan men-sela tanaman jagung dan kedele.

“Di sini pola itu mungkin akan dieksekusi dalam tahun ini,” tandas Yafiz, sambil menambahkan bahwa pelaksanaan pola tersebut dengan melibatkan PT Pertani, sebuah BUMN di lingkungan Ke-menterian Pertanian. Menurut Yafiz, penerapan pola tersebut secara prinsip sudah disetujui Kementerian Pertanian, dan diperkirakan paling telat April tahun ini Kementerian Pertanian akan mengeluarkan kebijakan tentang peremajaan.

Pola lain yang sedang dipelajari adalah sistem subsidi bunga. Dijelaskan Yafiz, petani hanya membayar bunga tujuh persen/tahun dari total jumlah kreditnya, sementara sisanya dibayarkan oleh APBN. Masalahnya, menurut Yafiz, kalau berurusan dengan lembaga perbankan tetap dengan mengedepankan profit (keuntungan). Untuk pola ini, menurut Yafiz, semua perbankan dan BMUN sudah berkomitmen untuk ikut membantu.

Untuk pola ini, menurut Yafiz, pemerintah menyiapkan dana Rp4 triliun, dan sebesar Rp600 miliar di antaranya akan dialokasikan untuk Provinsi Riau. “Sejauh ini baru satu yang sudah kita mulai, dan itu pun untuk jenis dana komersial,” terang Yafiz. Se¬mentara dua lainnya, yaitu yang berlokasi di Kabupaten Pelalawan dan Rokan Hulu, sejauh ini proses administrasi untuk ikut serta dalam program tersebut sudah selesai. “Kita berharap tahun ini bisa dimulai,” sebut Yafiz.

Ditanya opsi mana yang mungkin bisa diterapkan untuk replanting, terutama areal perkebunan kelapa sawit milik masyarakat, Yafiz mengatakan pihaknya fleksibel saja. Tapi satu hal yang diingatkan Yafiz, untuk melakukan replanting sebagian besar petani tidak memiliki kesiapan dana untuk itu. Sementara di bagian lain banyak di antara perusahaan yang mau menjadi bapak angkat, tapi dengan catatan sistem bagi hasilnya bisa diterima oleh kedua belah pihak.

Yafiz juga menyinggung rencana replanting perkebunan kelapa sawit anggota Aspekpir Riau dengan bapak angkatnya PTPN V. Dijelaskan Yafiz, ia pernah mendengar pernyataan dari pengurus Aspekpir yang menyebut PTPN V masih mau menjadi bapak angkat mereka. Kepada pengurus itu, Yafiz menyarankan agar cara berpikirnya dibalik, karena yang punya lahan dan kebun adalah petani, bukan PTPN V. “Bapak ibarat gadis cantik,” kata Yafiz ke pengurus itu.

Dengan kata lain, menurut Yafiz, jangan ditanya apakah PTPN V masih mau menjadi bapak angkat bagi para petani anggota Aspekpir Riau itu? Pertanyaan seharusnya: apakah para petani masih bersedia menjadikan PTPN V sebagai bapak angkat? “Sebab, kalau mereka tidak mau, banyak perusahaan yang bersedia jadi bapak angkat,” katanya. “Tanah sudah ditanami sawit, surat-surat lengkap, kenapa harus Bapak yang nyari-nyari bapak angkat?” sambungnya.

Menunggu Tata Ruang
Pada bagian lain Yafiz men¬jelaskan program pengembangan perkebunan kelapa sawit di Riau tahun 2011. “Kita masih menunggu disah¬kannya UU Tata Ruang,” ungkapnya. Menurut Yafiz, untuk areal perkebunan di bawah 25 hektare merupakan wewenang pemerintahan kabupaten/kota mengeluarkan izinnya.

Tapi diakui Yafiz, kontribusi perkebunan kelapa sawit untuk PDRB Provinsi Riau sangat tinggi, yaitu 15 persen lebih. Sebab, sebanyak 480.000 kepala keluarga lebih menggantungkan nafkahnya terhadap dari dua juta hektare lebih areal perkebunan kelapa sawit di daerah ini.

Makanya, Yafiz setuju kalau UU Tata Ruang yang sedang dibahas, masih memberi kemungkinan pengembangan areal perkebunan kelapa sawit di Riau.

Rabu, 06 Juni 2012

Omset Koperasi di Siak Capai Rp 182 M


Pertumbuhan koperasi di Kabupaten Siak diakui mengalami peningkatan yang bagus dari tahun ke tahun. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Koperasi Siak Drs H Darwilis.

Data per Desember 2009, tercatat ada 242 koperasi yang beroperasi secara aktif di Siak, di seluruh kecamatan. Baik koperasi karyawan maupun koperasi unit desa (KUD) dengan jumlah anggota sekitar 41 ribu orang. "Dari seluruh koperasi, tercatat memiliki total omset sebesar Rp 182 milyar," ujar Darwilis.

Dan pertumbuhan itu diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dari segi kualitasnya. Baik dari nilai Simpanan hasil Usaha (SHU) dan keaktifan kegiatan dari koperasi. Salah satu bentuk peningkatan kualitas adalah seperti yang dilakukan KUD Tunas Muda,  Teluk Merbau, Kecamatan Dayun, Siak.

KUD ini menggelar pelatihan Power Leadership gelombang II bagi para anggota-anggotanya. Ketua KUD Tunas Muda, Setiono menyebutkan, acara ini merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan. Mereka sengaja memilih latihan kepemimpinan untuk memberikan pemahaman kepada para anggota mengenai pentingnya leadership dalam sebuah organisasi.

"Apabila semua anggota sudah paham dengan konsep leadership, tentunya akan lebih mudah untuk mengelolanya menjadi lebih baik lagi," ungkap Setiono. Dan untuk meng-upgrade pengetahuan para anggota, mereka mendatangkan trainer asal Batam, Dr Al Aufi.

KUD Tunas Muda merupakan salah satu koperasi di Siak yang anggotanya terdiri dari para petani sawit. Sejak didirikan pada tahun 1990, koperasi ini terus menunjukkan pertumbuhan yang positif. Banyak kegiatan produksi yang sudah dioperasionalkan, diantaranya adalah kegiatan simpan pinjam, warung serba ada, dan operasional kendaraan.

Koperasi ini pernah mendapatkan penghargaan sebanyak dua kali dari Jakarta. Yakni pada tahun 2005 dan 2008 sebagai pemenang koperasi serba usaha dan koperasi produksi. Saat ini, aset yang dimiliki KUD Tunas Muda sebanyak Rp 14 milyar dengan jumlah anggota  total sebanyak 427 orang.

Siak Raih Adipura Kota Kecil



   Kabupaten Siak berhasil meraih penghargaan Adipura tahun 2012 untuk kategori kota kecil terbersih oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI. Penghargaan yang ketiga kali yang diterima merupakan komitmen dari pemerintah terhadap masalah kebersihan lingkungan.

    “Alhamdulillah kita tahun ini mendapatkannya kembali, “kata Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi, usai menerima penghargaan Selasa (5/6) di Hotel Sahid Jaya Jakarta. Penghargaan diserahkan Menteri Negara Lingkungan Hidup Prof Dr Balthasar Kambuaya.

    Menurut dia, menjadikan kota Siak bersih, aman dan nyaman merupakan tujuan utama, tidak hanya dari Pemkab, namun juga masyarakatnya. Akan tetapi dalam mewujudkan itu, rasanya kurang pantas ditujukan hanya untuk meraih suatu pengakuan. Lebih baik jika hal itu merupakan komitmen bersama dengan kesadaran tinggi bagaiman mewujudkan ini.

    Kata dia, Adipura memang diinginkan, namun itu bukan segalanya. Masalah kebersihan terutama sampah, partisipasi seluruh komponen masyakat yang paling penting untuk menyusekseskannya. Oleh karenanya, warga dapat mengelola kebersihan dilingkungan masing-masing. “Sampah ini jika dikelola dengan baik maka akan menhasilkan barang berharga, “ungkap Bupati.

Selasa, 05 Juni 2012

PROFIL SUKSES MITRA BINAAN PT PN V


(Setiyono, Ketua KUD Tunas Muda Desa Teluk Merbau Dayun, Kab. Siak – Riau) 




Setiyono adalah Ketua KUD Tunas Muda yang berada di Desa Teluk Merbau Kecamatan Dayun  Kabupaten Siak Riau. Beserta jajaran pengurus KUD telah menorehkan berbagai prestasi baik di level Kabupaten, Propinsi bahkan Nasional dan telah mendapatkan penghargaan dari Presiden sebagai koperasi berprestasi tingkat nasional. Koperasi yang didirikan sejak tahun 1990 ini beranggotakan 420 KK dan bergerak dalam berbagai usaha khususnya perkebunan kelapa sawit. Para anggotanya disamping berusaha di sektor perkebunan kelapa sawit, juga ada yang berusaha peternakan sapi, perikanan, perbengkelan, tukang dan  meubel serta perdagangan termasuk warung-warung makan skala kecil. Melalaui program kemitraan dan bina lingkungan PTPN-V, KUD Tunas Muda tahun 2010 mendapatkan pinjaman lunak dan pedampingan usaha peternakan sapi.



Untuk membantu keberhasilan program tersebut, pada tahun 2009 Setiyono mengajukan proposal pinjaman modal usaha ke PTPN-V untuk 60 orang anggota kelompok tani. Setelah melalui proses analisis kelayakan, PTPN-V memutuskan memberikan pinjaman modal usaha kepada 30 orang anggota kelompok, dengan jumlah pinjaman sebesar Rp. 1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah). Melihat kegiatan/usaha para anggota yang umumnya bergerak di sektor peternakan khususnya ternak sapi, dimana pada mulanya mereka memiliki rata-rata 2– 4 ekor sapi per orang, maka PTPN-V memberi dukungan berupa pendampingan teknis usaha melalui kerjasama denan Fakultas Peternakan UGM dan memfasilitasi studi banding ke PT. Agricinal Bengkulu terkait manajemen usaha peternakan yang terintergrasi dengan perkebunan kelapa sawit.

Dalam program pendampingan, Prof Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA. selaku  tenagi ahli profesional bidang peternakan dari Fakultas Peternakan UGM melakukan transfer tiga paket teknologi kepada anggota KUD yaitu :
1. Teknologi pakan,
2. Teknologi pembuatan pupuk organik cair dan padat, serta
3. Teknologi produksi biogas.
Ketiga paket teknologi tersebut telah di ajarkan dan para petani mempraktekkan langsung dalam rangka mengembangkan sistem pertanian terpadu perkebunan sawit dan ternak sapi.

Teknologi pakan yang diajarkan kepada para petani adalah teknologi sederhana dengan teknik fermentasi pakan lengkap (fermented complete feed) berbasis limbah perkebunan sawit (daun, pelepah, solid) sehingga biayanya murah. Sementara pupuk cair dan padat dibuat dengan mengandalkan kotoran dan air kencing ternak sapi. Demikian pula biogas diproduksi dari kotoran sapi melalui suatu instalasi biogas yang mudah dan murah cara pembuatannya.

Melalui tiga paket teknologi tersebut di atas, petani sangat diuntungkan dan berhasil mengembangkan sendiri bahkan sudah diaplikasikan di lapangan, tanpa ketergantungan pada pihak lain. Dengan memelihara ternak sapi, petani akan dapat mengolah dan menghasilkan pupuk cair dan padat, kemudian pakan ternak sapinya cukup mengandalkan limbah perkebunan sawit (daun dan pelepahnya), sedangkan instalasi biogas dapat dipergunakan untuk mamasak dan lampu penerangan bahkan membangkitkan generator listrik. Dengan demikian, cukup tiga paket teknologi tepat guna tersebut di atas, petani dapat mandiri dan sejahtera berkat integrasi usaha ternak sapi dan sawit. Dengan teknik pembuatan pupuk organik cair yang bahan baku utamanya air kencing sapi dan kotorannya, beberapa petani ada yang telah memproduksi lebih dari 1.000 liter/bulan dan dijual dengan harga Rp. 10.000/liter. Artinya telah diperolah tambahan pendapatan 10 juta rupiah per bulan dari pupuk organik cair saja. Secara keseluruhan di kelompok tani ternak yang juga anggota KUD Tunas Muda Desa Teluk Merbau Dayun, terdiri dari sekitar 16 anggota, sejak 3 bulan ini telah menghasilkan lebih 20.000 liter.

Pupuk cair sejumlah ini telah diaplikasikan pada kebun kepala sawit dengan dosis rata-rata 1 liter per 3 bulan dan telah menunjukkan perubahan yang sangat baik bagi kelapa sawit. Menurut Sariyo, salah seorang petani produsen pupuk cair, menjelaskan bahwa pupuk cair yang telah diaplikasikan pada kebun sawitnya, nampak sekali perubahan yaitu daun menjadi lebih hijau, pelepah yang semula berdiri menjadi membuka (merebah). Menurut perhitungan, penggunaan pupuk organik cair ini dapat menghemat biaya pemupukan sampai 60%. Dengan keberhasilan mengembangkan pupuk organik cair yang sangat bermanfaat bagi perkebunan kelapa sawit, saat ini populasi sapi yang semula 254 ekor, sekarang telah mencapai lebih dari 500 ekor. Peningkatan populasi ini disamping karena program PKBL PTPN-V Riau ada tambahan sapi 150 ekor, juga swadaya murni masyarakat yang sangat berminat memelihara ternak sapi dengan tujuan utama sebagai sumber pupuk organik.

Dampak sosial ekonomi teknologi tepat guna khususnya teknik pembuatan pupuk organik cair sangat luar biasa. Sekarang ini air kecing sapi tidak dibuang percuma dan dikumpulkan bahkan sudah laku dijual dengan harga Rp. 1.000/liter. Padahal setiap hari satu ekor sapi dapat dikumpulkan setidaknya 10 liter air kencing. Dengan kata lain saat ini sapi cukup makan dari air kencingnya. Di Desa Teluk Merbau dan sekitarnya sudah banyak petani yang semula tidak punya ternak mulai memelihara ternak sapi. Mereka sangat bersemangat. Tinggal bagaimana pemerintah daerah menangkap peluang ini dalam membantu memfasilitasi para petani agar lebih mandiri melalui sistem usaha terintegrasi sawit dan sapi.

Setiyono yang bercita-cita menjadi orang sukses, akhirnya sukses memimpin dan menghantarkan anggota-anggotanya menjadi mitra usaha yang handal dengan tidak bosan-bosannya membaca sesuai dengan hobinya, sehingga pengetahuan dan wawasannya akan terus bertambah. Saat ini KUD Tunas Muda dapat dikatakan sebagai salah satu sumber ternak sapi bagi pembeli-pembeli sapi di Siak khususnya dan Riau umumnya.

Sabtu, 02 Juni 2012

Bupati Lantik Kades Teluk Merbau



Bupati Siak, Arwin AS, bertempat di Gedung Serba Guna Swadaya Masyarakat Desa Teluk Merbau, Kecamatan Dayun, Siak, Kamis (13 /1) melantik Kepala Desa Teluk Merbau, Waluyo. Pelantikan tersebut dihadiri sejumlah anggota DPRD Siak, unsure Muspida, Para Kadis di lingkungan Pemkab Siak, Camat Dayun, Kabag Pemerintahan Desa dan masyarakat sekitar.

Dalam sambutannya, Arwin meminta agar Kades yang baru dilantik, benar-benar menghayati sumpah yang telah diucapkan karena memiliki makna yang dalam. Ia juga mengingatkan agar dengan jabatan yang dimiliki sebagai Kades bukan berarti akan memperoleh kemudahan dan keuntungan.

“Justru sebagai Kades harus mampu menjadi pelayan yang baik bagi kepentingan masyarakat desa secara keseluruhan,” harapnya.

Menurut Arwin, keberhasilan dan kegagalan penyelenggaraan Pemerintahan Desa digambarkan pada pelayanan yang diberikan. Karena itu, seorang Kades diminta untuk menjadikan pelayanan terhadap masyarakat desa sebagai kewajiban dan bukan sebagai sumber pendapatan.

Lanjutnya, seorang Kades harus dapat melaksanakan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya. Dan bisa menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait yang ada di Desa, termasuk menjalin komunikasi dengan masyarakat dan tokoh adat setempat.

“Dengarkan juga aspirasi BPD yang sangat diperlukan karena merupakan saran dari masyarakat,” lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, Arwin juga menyampaikan tentang masa akhir jabatan dirinya sebagai Bupati Siak. Termasuk akan pelaksanaan Pemilukada Siak, April 2011 mendatang. Karena itu, ia menghimbau masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dan bijak dalam memilih untuk menentukan pemimpin dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, demi kemajuan Siak ke depan.

“Selain itu, terkait dengan Pemilukada, tetap jaga stabilitas keamanan dan ketertiban lingkungan masing-masing serta mewaspadai setiap upaya provokasi pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan masyarakat Siak,” pungkasnya mengakhiri.

Desa Teluk Merbau



Identitas Desa


Nama Kelurahan         DesaTeluk Merbau
Kode Wilayah Desa   14.08.06.
Nama Kecamatan       Dayun
Nama Kabupaten       Siak sri indrapura
Propinsi Riau

Kepala Desa               Waluyo
Sekdes                       Suroto